Jumat, 24 April 2015

Gaya berjalan/ Gait


GAIT (GAYA BERJALAN)
Gaya berjalan/ gait adalah suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh sejumlah mekanisme tubuh dan merupakan hasil dari kerjasama dari berbagai jenis refleks. Berjalan secara normal biasanya tidak menarik perhatian. Gangguan berjalan dapat dijumpai pada berbagai keadaan. Faktor-faktor mekanis seperti penyakit pada otot, tulang, tendon, dan sendi berperan penting pada terjadinya gangguan berjalan. Penyakit pada susunan saraf sangat sering menyebabkan gangguan berjalan, dan kadang-kadang hanya dengan memperhatikan cara berjalan saja dapat ditentukan adanya penyakit pada susunan saraf. Gangguan berjalan dapat merupakan akibat gangguan sistem motorik dari berbagai tingkatan (korteks motorik dan jaras dosendensnya, kompleks ekstra piramidal, serebelum, sel-sel kornu enterior, saraf motorik perifer atau otot).1
      
      1.      Gait akibat kelemahan
Gangguan gait akibat kelemahan adalah disebabkan oleh penyakit berat dan lama hingga menyebabkan atrofi yang menyeluruh. Gangguan gait ini tidak khas menunjukkan suatu penyakit neurologik atau kerusakan fokal sistem saraf. Gangguan gait berupa ketidak seimbangan (unsteadiness) dan mengharapkan bantuan. Pasen tampak bergoyang-goyang ke satu sisi dan lainnya, meyerupai ataksia. Pasen terlihat ingin bersandar di kursi untuk memperoleh pegangan atau bersandar ke dinding. Gerakannya lambat dan lutut tampak gemetar.
Gait ataksik.
Terdapat 2 bentuk gait ataksik, yaitu sebagai akibat dari ataksia sensorik dan yang berhubungan dengan gangguan pada mekanisme koordinasi (gangguan serebelum).
• Gait pada ataksia sensoris
Kelainan ini paling sering disebabkan oleh terjadinya jaras proprioseptif pada medula spinalis (posterolateral sclerosis, multiple sclerosis, tabes dorsalis). Sering disebut sebagai gait akibat ataksia spinalis. Bisa juga didapatkan pada neuropati perifer danle pada batang otak dimana terdapat gangguan konduksi sensasi kinestetik. Gangguan rasa posisi dan gerak dari bagian tubuh (persendian, otot dan tendon dari kaki dan tungkai) danhilangnya orientasi spasial menyebabkan ataksia. Pasen tidak menyadari posisi tungkainya dalam ruang, bila tidak dibantu dengan impuls visual. Pasen bisa berjalan normal bila mata terbuka, namun bila mata tertutup terjadi berjalan menjadi tidak teratur dan menyentak (jerky), dan pasen berjalan dengan langkah lebar. Waktu berjalan kaki dilemparkan dan yang jatuh pertama adalah tumit dan kemudian jari-jari, ini akan menimbulkan suara (slapping sound atau double tap).
• Gait pada ataksia serebeler
Disebabkan gangguan mekanisme koordinasi serebelum dan sistim penghubungnya. Ataksia terjadi baik saat mata tertutup mauoun terbuka. Lesi pada vermis/garis tengah terdapat gangguan gait berupa jalan bergoyang, semopoyongan, ireguler, mengayun kesatu sisi dan sisi lainnya, gerakan tiba-tiba kedepan/kesamping, titubasi dan langkah lebar. Tidak mampu berjalan tandem atau mengikuti garis lurus pada lantai. Dapat dijumpai tremor dan gerakan bergoyang pada seluruh tubuh. Pada kelainan yang terlokalisir pada satu hemisfer serebelum atau jaras penghubungnya,atau penyakit vestibuler unilateral, didaptakan goyangan atau devial menetap ke sisi lesi. Pada percobaan untuk berjalan mengikuti garis lurus atau tandem, membelok kearah sisi lesi. Pada saat berjalan mengelilingi kursi baik searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam, pasen secara konsisten jatuh kearah sisi lesi. Pada saat berjalan beebrapa langkah kebelakang dan kedepan bisa terdapat deviasi kompas.
Gait spastik
Terdapat 2 jenis spastik, yaitu yang berhubungan dengan gangguan jaras kortikospinalis unilateral dan bilateral.
• Gait pada hemiplegi spastik
Paling sering akibat penyakit serebrovaskuler, namun dapat juga oleh berbagai lesi yang menyebabkan terputusnya inervasi piramidal pada separuh tubuh. Terdapat hemiparese spastik kontralateral terhadap lesi, disertai dengan tonus dan refleks yang meningkat. Anggota badan atas berada dalam keadaan fleksi dan aduksi pada bahu, fleksi pada siku, fleksi pada pergelangan tangan dan sendi interfalang. Anggota badan bawah berada dalam keadaan ekstensi pada pinggul dan lutut, dengan plantar fleksi pada kaki dan jari-jari. Terdapat deformitas ekuinus pada kaki. Pada saat berjalan, lengan pada sisi yang terkena dalam keadaan fleksi dan\ kaku dan tidak mengayun secara normal. Tungkai dalam keadaan ekstensi dankaku sehingga pasen menyeret kakinya dan jari-jarinya menggores lantai. Pada setiap langkah pelvis dimiringkan kedepan untuk membantu mengangkat jari dan lantai, dan mengayunkan tungkainya kedepan berbentuk setengah lingkaran (sirkumduksi). Terdapat suara khas yang dihasilkan akibat goresan jari-jari di lantai. Berputas pada sisi yang lumpuh lebih mudah daripada ke sisi yang sehat. Pada hemiparese ringan dapat dijumpai hilangnya ayunan lengan pada sisi yang terkena, bisa merupakan tanda diagnostik yang bermakna.
Gait pada paraplegia spastik
Terdapat parese spastik pada kedua ekstremitas bawah, bisa dijumpai posisi kaki ekuinus,pemendekan tendon achilles, spasme obturator, aduktor. Pasen berjalan dengan kedua kaki kaku dan diseret, dengan jarijari menggores lantai. Bisa juga terdapat aduksi dari paha sehingga kedua lutut bersilangan satu sam alain pada setiap melangkah. Ini menghasilkan langkah gunting (scissors gait). Langkahnya pendek dan lambat,kaki tampaknya lengket ke lantai.
Gait spastik – ataksik
Keadaan spastik ataksik terdapat pada penyakit yang mengenai traktus piramidalis dan kolumna lateralis (sklerosis posterolateral) yaitu pada anemia pernisiosa dan sklerosis multiple. Jenis ataksia bisa berupa ataksia serebeler atau ataksia spinal (sensorik). Pada anemia pernisiosa ataksia berupa ataksia sensoris, sedangkan ataksia pada sklerosis multipel bisa berasal dari ataksia serebeler atau sensoris atau keduanya.pada sklerosis lateral amiotrofik (ALS) bisa terdapat foot drop bilateral dan juga spastisitas, hal ini menimbulkan gangguan berjalan serupa gait spastik ataksik
Gait Parkinsonism
Pada berbagai sindroma ekstra piramidal, terutama penyakit parkinson,parkinsonism akibat obat danparkinsonism pasca ensefalitis, terdapat kelainan gait yang ditandai dengan rigo=iditas, bradikinesia, dan hilangnya gerakan yang bersamaan (associated movements). Berjalan lambat, kaku (rigid) dan diseret,pasen berjalan dengan langkah kecil-kecil seperti dibuat-buat. Terdapat suatu posturyg khas berkaitan dengan deformitas tubuh. Tubuh menbungkuk, dengan kepala dan leher kedepan, lutut fleksi, ekstremitas atas fleksi pada bahu, siku dan pergelangan tangan, namun jari-jari ekstensi pada persendian interfalangel. Posisi membungkuk ini menyebabkan titik berat badan bergeser kedepan, sehingga menimbulkan jecendrungan jatuh kedepan waktu berjalan (propulsi), dan juga meningkatnya kecepatan jalan (festination). Sukar untuk memulai gerakan, tampak ketika pasen berdiri dari kursi dan hendak memulai berjalan. Gerakan pasen kaku dan memutar dilakukan dengan lambat,langkah kecil-kecil dan banyak. Ayunan tangan ketika jalan hilang dan ini berpengaruh pada kecepatan dan keseimbangan. Treomor pada saat jalan menjadi lebih jelas. Pada beberapa kasus yang menonjol adalah akinesia dengan kemampuan gerak yang sangat kecil. Kadang-kadang manifestasi parkinsonism ini unilaterral.
Marche a petit pas
Cara berjalan seperti pada parkinsonism, berupa gerakan yang lambat, langkah yang sangat pendek, diseret, seperti dibuat-buat dengan langkah ireguler. Sering disertai dengan hilangnya gerakan yang bersamaan. Kadangkadang terdapat manifestasi yang aneh berupa gerakanseperti menari atau meloncat. Bisa terdapat kelemahan menyeluruh pada ekstremitas bawah atau pada seluruh tubuh, dan pasen mudah lelah. Terdapat pada pasen dengan gangguan serebral atau spinal yang diduga sebagai akibat perubahan arterioklerotik.
Gait apraksia
Adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan anggota gerak bawah seacra semestinya saat berjalan, meskipun tidak dijumpai adanya gangguan sensorik atau kelemahan motorik. Didapatkan pada pasen dengan gangguan serebral yang luas terutama pada lobus frontalis. Pasen tidak dapat melakukan gerakan kaki dan tungkai yang bertujan, misalnya membuat lingkaran atau melakukan tendangan pada bola khayalan. Terdapat kesulitan untuk memulai gerakan pada saat bangkit, berdiri dan berjalan, dan hilangnya urutan (sequences) gerakan majemuk. Pasen berjalan lambat dan diseret dengan\ langakh-langkah pendek. Terdapat kesulitan mengangkat kaki dari lantai atau berdiri namun tidak memajukan kakinya. Sering terdapat gegenhalten.
The steppage gait
Gangguan berjalan ini terdapat dalam hubungannya dengan foot drop dan disebabkan oleh kelemahan atau paralisis dorsifleksi kaki dan/atau jari kaki. Waktu jalan kaki bisa diseret atau diangkat tinggi untuk mengkompensasi foot drops. Terdapat fleksi yang berlebihan pada panggul dan lutut, kaki dilemparkan kedepan dan jari-jari turun dengan suara yang khas sebelum tumit atau bagian depan kaki meneganai lantai. Pasen tidak dapat berdiri pada tumitnya. Gait ini bisa unilateral atau bilateral. Penyebab yang paling sering adalah faresis tibialis anterior dan/atau ekstensor digitorum danhallucis longus, yang disebabkan karena lesi pada nervus peroneus komunis atau profunda, lesi pada segemen L4-S1 atau kauda ekuina. Foot drops dan steppage gait bisa juga terdapat pada poliomyelitis,. PSMA (progressive spinal muscular attrophy), ALS, penyakit Charcot-Marie-Tooth, dan neuritis perifer.
Gait distrofik (wadding gait)
Terdapat pada berbagai keadaan miopati dimana terdapat kelemahan pada otot-otot gelang panggul. Paling khas terdapat pada distropi otot, tetapi dapat juga pada miosists atau penyakit spinomuskuler. Berdiri dan berjalan dengan lordosis yang berlebih, saat jalan terdapat goyangan yang nyata akibat kesulitan memfiksasi pelvis. Pasen berjalan dengan langkah yang lebar dan terlihat rotasi pelvis yang berlebihan, memutar atau emlempar pelvisnya dari satu sisi ke sisi lainnya pada setiap langkah untuk memindahkan berat badannya. Gerakan kompensasi kelateral ini terutama disebabkan karena kelemahan otot-otot gluteal. Pasen sulit naik tangga, bila tidak dibantu dengan tangan yang menarik keatas. Terdapat kesulitan berdiri dari posisi berbaringatau duduk tanpa bantuan tangannya (mendaki pada dirinya sendiri). Waddling gait ini juga terdapat pada dislokasi panggul.
      
      2.      Gait yang berhubungan dengan parese dan paralisis
Gangguan berjalan dapat terjadi pada berbagai kelumpuhan. Parese gastroknemius dan soleus, pasen tidak dapat berdiri pada jari kaki, saat berjalan tumit lebih dulu mengenai lantai, dan kaki terseret parese otot hamstring, terdapat kelemaham fleksi otot lutut. Parese otot kuadrispes femoris, kelemahan ekstensi lutut, tidak mampu naik atau turun tangga atau bangkit dari posisi berlutut tanpa menahan lututnya, bila jalan lutut harus dijada tetap lurus, bila lutut menekuk pasen cenderung jatuh. Berjalan mundur lebih mudah daripada maju. Parese n.peroneus superfisialis, kelemahan eversi, pasen berjalan menggunakan sisi luar kakinya.
Gait pada keadaan lainnya
Pada chorea Huntington. Bisa didapatkan cara berjalan seperti menari. Pada athetosis gerakan pada bagian distal tubuh menjadi lebihjelas selama berjalan dan disertai menyeringai. Pada keadaan pasca ensefalitis saat jalan bida didapatkan unsur melompat. Pada berabgai keadaan gangguan pisikis bisa dijumpai cara berjalan yang khas. Pada keadaan deprsi pasen berjalan membungkuk dengan langkah lambat. Pada keadaanmania pasen berjalan tegak dan overaktif. Pada iritasi n. ischiadicus pasen berjalan condong ke sisi sakait untuk mencegah regangan pada saraf tersebut, berjalan dengan langkah kecil-kecil dengan lutut semipleksi, badan dibungkukkan kedepan dan kesisi yang sakit (tanda neri). Pada keadan histeria bisa didapatkan gangguan berjalan atau bahkan pasen tidak mampu berdiri.pada pemeriksaan tonus, kekuatan otot-otot dan koordianasi yang dilakukan saat berbaring mungkin normal. Cara berjalannya aneh, tidakdapat dikonfirmasikan dengan suatu pola penyakit organik tertentu. Gerakan yang tidak teratur dengan unusr-unsur ataksia spatisitas dan berbagai jenis kelainan lainnya. Gerakannya berlebihan dengan mengayun kekanan atau kekiri, nampak seperti hendak jatuh tapi biasanya dapat dicegah. Bila jatuh, cara jatuhnya sedemikian sehingga tidak mencederai dirinya. Cara berjalannya bisa menyerupai monoplegi, hemiplegi atau paraplegi.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar