Jumat, 24 April 2015

Carpal tunnel syndrome


CARPAL TUNNEL SYNDROME

Apa itu Carpal tunnel syndrome?
Carpal tunnel syndrome adalah gejala yang timbul akibat terjepitnya saraf medianus (median nerve). Jepitan saraf ini terjadi di bagian yang bernama ligamentum carpal transversal yang melingkari bagian pangkal pergelangan tangan manusia.1,3
Untuk posisi ligamentum tersebut dapat dilihat di gambar bawah ini.2
Figure 1. Posisi Ligamentum pada Carpal tunnel syndrome
Penyebab dan Faktor Risiko
Carpal tunnel syndrome umumnya timbul karena pemakaian tangan atau pergelangan tangan untuk beraktivitas dalam intensitas berat. Carpal tunnel syndrome sering ditemukan bilateral, tetapi ada kecenderungan gejalanya dirasakan lebih berat pada tangan dominan. Aktivitas tangan yang terkait dengan timbulnya gejala carpal tunnel syndrome antara lain mencabut/mencubit, menggenggam, menekan pergelangan tangan, dan menekuk pergelangan tangan. Adapun terdapat sejumlah pekerjaan yang para pelakunya cenderung lebih rentan mengalami carpal tunnel syndrome, misalnya perakit alat elektronik, pemusik, dan ibu rumah tangga.1,2


Komputer dan carpal tunnel syndrome
Pemakaian peralatan komputer yang tidak ergonomis (terutama keyboard dan mouse) juga dianggap oleh sebagian ahli sebagai faktor pencetus carpal tunnel syndrome; terutama pada pemakaian dengan intensitas yang berat. Namun data klinis yang menunjukkan korelasi faktor tersebut terhadap carpal tunnel syndrome masih tidak konsisten. Tinjauan dari Verhagen dkk (2007) mengindikasikan perlunya studi dengan skala lebih besar dan berkualitas lebih baik untuk membuktikan adanya korelasi ini.1,2
Gejala
Gejala-gejala yang dikeluhkan antara lain berupa nyeri yang memberat pada malam hari, disertai parestesia atau baal; dan dirasakan terutama di ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Kadang penderita juga mengeluhkan rasa kesemutan atau rasa seperti terbakar, terutama saat bangun tidur dan setelah aktivitas berat pada tangan atau pergelangan tangan. Nyeri rujukan dapat menjalar ke lengan bawah sampai ke bahu.1,2,3
Pemeriksaan
Jika Anda ragu dengan nyeri di pergelangan tangan Anda, sebaiknya Anda segera menghubungi dokter (khususnya dokter neurologi) Anda. Dokter neurologi akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti uji konduksi saraf, uji diskriminasi dua titik pada perjalanan saraf medianus, dan pemeriksaan provokasi.1,2
Pemeriksaan provokasi semacam ini ditujukan untuk mencetuskan nyeri, jadi apabila nyeri timbul, diduga bahwa nyeri itu disebabkan oleh carpal tunnel syndrome. Terdapat beberapa pemeriksaan provokasi yang dapat dilakukan, misalnya Tinel's sign yang diperiksa dengan mengetuk (pada daerah carpal tunnel). Jika nyeri atau rasa baal timbul, maka hasilnya dinyatakan positif. Sekitar 60% penderita carpal tunnel syndrome memiliki gejala ini. Pemeriksaan lainnya yaitu dengan menekuk pergelangan tangan ke arah atas selama 1 menit (Phalen's maneuver). Jika nyeri timbul maka hasilnya dinyatakan positif.2,3
Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat diambil untuk menangani kasus carpal tunnel syndrome bervariasi tergantung derajat penyakitnya. Jika kondisi masih ringan; pemulihan dapat dicapai cukup dengan mengistirahatkan tangan yang sakit, pemberian NSAID, dan injeksi kortikosteroid lokal. Pemakaian kortikosteroid oral dan vitamin B6 sudah tidak direkomendasikan lagi.1
Jika kondisi sudah lebih berat (ditandai dengan mengecilnya otot-otot di telapak tangan dekat ibu jari dan telunjuk), mungkin diperlukan splinting (bebat) atau pembedahan; sambil tetap menginstruksikan penderita untuk mengurangi aktivitas dengan tangan yang sakit.
Pembedahan umumnya memberikan manfaat jangka panjang lebih baik. Sebagian pasien tidak menunjukkan respons, mungkin karena sudah mengalami kerusakan struktur yang lebih lanjut atau karena memiliki faktor risiko prediktif buruk (misalnya sakit sudah lama, alkoholisme, dan gangguan mental).1,2,3

Referensi
1.    Harati Y, Bosch EP. Disorders of Peripheral Nerves; in Bradley WG et al (eds). Neurology in Clinical Practice, 5th ed: 2262-2263.
2.      Katz JN, Simmons BP. N Engl J Med 2002; 346 (23): 1807-1812.
3.      Verhagen AP et al. Eura Medicophys 2007; 43 (3): 391-405.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar