BELL’S PALSY
A.
Pendahuluan
Bell's
palsy adalah bentuk paralisis sementara akibat dari kerusakan atau trauma
nervus facialis. Bell's palsy dinamakan oleh Sir Charles Bell, pada abad ke-19 ahli
bedah skotlandia ini pertama kali mendeskripsikan keadaan tersebut. Gangguan
ini, yang tidak berhubungan dengan stroke, biasanya menyebabkan paralisis
wajah. Secara umum, bell’s palsy hanya terkena pada satu nervus facialis dan
satu bagian wajah, bagaimanapun, pada kasus yang jarang, dapat terkena pada
kedua bagian. (1)
B.
Epidemiologi
Bell's
palsy terjadi kira-kira 40.000 orang di Amerika setiap tahunnya. Dapat terkena
sama pada pria dan wanita dan dapat terjadi pada semua umur, tetapi sedikit
pada umur sebelum 15 tahun atau setelah 60 tahun. Serangan tidak sama pada
orang yang menderita diabetes atau penyakit saluran napas atas seperti flu atau
masuk angin/cold. (2)
C.
Etiologi
Bell's palsy akibat pembengkakan
(inflamasi) dari nervus facialis pada daerah dimana ia lewat malalui tulang
tengkorak. Penyebabnya sering tidak jelas. Jenis infeksi herpes yang disebut herpes
zoster bias terlibat. Keadaan lain yang dapat menyebabkan bell’s palsy seperti:
(2,3)
Batang
otak: tumor, infark demielinisasi, sudut cerebelopontin.
Tulang
petrosa : infeksi telinga tengah (otitis media kronik)
Wajah:
tumor parotis dan pembedahan trauma
Lain-lain:
infiltrasi atau inflamasi meningen (keganasan, sarkoidosis), terpajan angin
dingin.
D.
Patofisiologi
Tiap-tiap nervus facialis secara
langsung bercabang ke bagian otot pada satu bagian wajah, seperti digunakan
untuk kedipan dan penutupan mata dan ekspresi wajah seperti senyum dan
mengerutkan dahi. Sebagai tambahan, nervus facialis membawa impuls saraf ke
kelenjar lacrimalis, kelenjar saliva dan otot dari tulang kecil dalam telinga
tengah yang disebut stapes. Nervus facialis juga mentransmisi sensasi rasa dari
lidah. (2)
Patofisiologi yang tepat dari bell’s
palsy masih dalam perdebatan. Teori yang popular mengemukakan bahwa inflamasi
dan pembengkakan nervus facialis mengakibatkan kompresi nervus dalam tulang
temporal. Ini dapat terlihat pada pemeriksaan MRI dengan pembesaran nervus
facialis. (4)
Nervus facialis melalui bagian tulang
temporal yang biasanya disebut sebagai canalis facialis. Bagian pertama dari
canalis facialis, pada segmen labirin berukuran kecil; pada meatus akustikus
internus pada segmen ini mempunyai diameter hanya sekitar 0,66 mm. Dengan sempitnya
canalis facialis, dapat terlihat secara logis pada proses peradangan,
demielinisasi, iskemik atau kompresi dapat menganggu konduksi neural pada
bagian ini. Sehingga, fungsi dari nervus facialis yang terganggu ini,
menyebabkan terhentinya pesan dari otak yang dikirim ke otot wajah. Akibat
terhentinya impuls/pesan ini dan terjadi kelemahan atau paralisis. (2,4)
E.
Manifestasi
Klinis
Karena nervus facialis mempunyai banyak
fungsi dan sangat kompleks, kerusakan nervus atau gangguan pada fungsinya dapat
menyebabkan banyak problem. Gejala Bell's palsy dapat berbeda dari satu orang
dengan yang lain dan menghasilkan keparahan dari ringan hingga paralisis total.
Gejala ini dapat berupa kelemahan atau paralisis pada satu atau jarang pada
kedua bagian wajah. Gejala lain dapat berupa penurunan kelopak mata dan sudut
mulut, mengeluarkan air liur, mata atau mulut kering, gangguan pengecapan dan
banyak air mata pada satu mata. Gejalanya sering, yang biasanya dimulai
mendadak dan meningkat dalam 48 jam, mengakibatkan distorsi wajah yang
signifikan. (2)
Gejala lain dapat berupa nyeri atau
tidak nyaman sekitar rahang dan dibelakang telinga, dering pada satu atau kedua
telinga, sakit kepala, kehilangan pengecapan, hipersensitif terhadap suara
(hyperacusis) pada bagian yang terkena, gangguan bicara, pusing dan sulit makan
atau minum. (2)
F.
Diagnosis
Pertama, observasi pasien pada posisi istirahat
untuk keadaan simetri dan adanya gerakan involunter (misalnya fasciculations
dan tics). Tanda kelemahan wajah seperti datarnya lekuk nasolabial, sudut mulut
pada sisi yang lumpuh, lebih rendah letaknya, lambatnya kedipan mata dan
hilangnya kerutan pada kulit dahi. Selanjutnya, memeriksa kuantitas gerakan
volunter pada setiap dari lima percabangan/ramus perifer yang diikuti pasien: (5,6)
1. Temporal.
Mengangkat alis, mengerutkan alis
2. Zigomatic.
Menutup mata perlahan dan dengan upaya maksimal mencoba tetap menutup mata
sementara penguji mencoba membukanya.
3. Buccal.
Senyum, menunjukkan gigi, mengembungkan pipi
4. Mandibular.
Mencibir, merapatkan bibir.
5. Cervical.
Senyum atau menyeringai gigi.
Perintah itu dilaksanakan pasien secara
bilateral dan unilateral. Selanjutnya, pemeriksa menentukkan jika pasien
menunjukkan tanda bell’s. (6)
Tidak ada tes laboratorium yang spesifik
untuk menkonfirmasi diagnosis dari penyakit. Suatu tes yang dinamakan electromyography
(EMG) dapat mengkonfirmasi diagnosis yang terdapat dari kerusakan nervus dan
menentukan keparahan dan bagian yang terlibat. Tes darah kadang-kadang dapat
membantu dalam mendiagnosis masalah lain yang sama seperti diabetes dan infeksi
yang pasti. Magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT) scan
dapat mengeliminasi penyebab structural lain dari penekanan pada nervus
facialis. (2)
G.
Penatalaksanaan
Prednisone pada dosis awal 1 mg/kg/hari
sampai 60 mg sebaiknya dipertimbangkan benar-benar dalam 72 jam onset gejala
jika tidak ada kontraindikasi. (7)
Pertimbangkan menggunakan antivirus
dalam 72 jam jika dicurigai untuk herpes zozter virus/HZV atau varicella zozter
virus/VZV sebagai penyebabnya. Asiklovir diberikan 400 mg per oral 5 kali/hari
untuk 10 hari jika terdapat bukti yang
mendukung HZV. Jika dicurigai VZV, dosis tinggi mungkin diperlukan (800 mg per
oral 5 kali/ hari). (7)
H.
Prognosis
Prognosis
untuk seseorang dengan Bell's palsy secara umum sangat baik. Dengan atau tanpa
pengobatan, banyak individu mulai membaik dalam 2 minggu setelah onset awal
dari gejala dan sembuh sempurna dalam 3-6 bulan. Sebagian mungkin mengalami
perbaikan parsial yang memuaskan. Hanya sebagian kecil yang mengalami kelainan
wajah. Pasien dengan kelemahan facialis LMN berat permanen mungkin membutuhkan
tarsorafi lateral (penjahitan lateral kelopak mata atas dan bawah) untuk
melindungi kornea. (3,8)
Sumber :
1.
Dugdale DC. Bell's palsy. [Online]. 2010 Dec 07 [cited 2011 Mar 08]; [1 screen].
Available from:
2. National
Institute of Neurological Disorders and Stroke. Bell's Palsy Fact Sheet. [Online]. 2011 Feb 16 [cited 2011 Mar 08]; [1
screen]. Available from:
3.
Ginsberg L. Alih bahasa: dr. Indah Retno
Wardhani. Lecture notes: neurologi. 8th ed. Jakarta: Erlangga; 2008.
Hal. 35
4.
Lo Bruce. Bell Palsy: Follow-up. [Online]. 2010 Feb 24 [cited 2011 Mar 08]; [5
screen]. Available from:
5.
Brackmann DE, Fetterman BL. Cranial Nerve VII : Facial
Nerve. Goetz CG editor. Textbook of Clinical Neurology. 3rd ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
6.
Priguna S.
Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 1980. Hal.
262-63
7.
Lo Bruce. Bell Palsy: Follow-up. [Online]. 2010 Feb 24 [cited 2011 Mar 08]; [5
screen]. Available from:
8. National
Institute of Neurological Disorders and Stroke. NINDS Bell's Palsy Information Page. [Online]. 2011 Feb 16 [cited 2011
Mar 08]; [1 screen]. Available from:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar