5 Jenis Latihan Fisioterapi Pada Stroke
Kompetensi Fisioterapi Dengan
Stroke
Dari:Jowir
Kumpulan Makalah Ft
Gambaran Umum :
Stroke adalah kematian sel otak yang mendadak atau tiba-tiba oleh karena gangguan sirkulasi darah ke otak. ketika asupan darah keotak lemah, oksigen dan nutrisi yang penting untuk otak tidak dapat disalurkan. Akibatnya tenjadi ketidak normalan fungsi otak. Gangguan aliran darah keotak dapat terjadi oleh karena blokade atau kerusakan dari pembuluh arteri.
Stroke dapat disebabkan oleh trombosis, emboli, perdarahan subarachnoid dan lain-lain yang menimbulkan hemiplegia.
Pemberian latihan pada pasien stroke akibat trombosis dan emboli jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai 23 hari setelah serangan dan bilamana terjadi perdarahan subarachnoid dimulai setelah 2 minggu. Pada stroke karena trombosis atau emboli pada penderita infark miokard tanpa komplikasi, program latihan dapat dimulai setelah minggu ke tiga, tetapi jika segera menjadi stabil dan tidak didapatkan aritmia, latihan yang gentle dapat dimulai pada hari kesepuluh. Pada stroke yang berat lebih aman menunggu sampai tercapai complete stroke kemudian baru dimulal program latihan, meskipun hanya gerakan pasif saja yang diberikan. Jika proses penyebabnya dicurigai berasal dari arteri karotis ditunggu 18 s/d 24 jam dan jika penyebabnya dari sistem vertebrobasiler
tunggu sampai 72 jam sebelum memastikan
tidak ada perburukan lagi.
Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :
1. Conservative/Tradisional :
Metode latihan ini terkesan umum dan latihan-latihannyapun didasarkan penekanan pada pencegahan & perawatan kontraktur dengan mempertahankan luas gerak sendi atau latihan Range Of Motion (ROM exercises).
Memperkenalkan mobilisasi dini kepasien dengan cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit. Tipe jenis latihannya adalah penguatan dengan
menggunakan tahanan.
2.Propioseptive Neuromuscular Fascilitation (Metode PNF) Metode latihan ini bertujuan untuk merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui stimulasi proprioseptor. Bertujuan memfasilitasi
pola gerakan sehingga mencapai "functional
relevant" dengan tujuan memfasilitasi irradiasi
impuls untuk tubuh bagian lain yang
berhubungan dengan gerakan utama.
Menggunakan rangsangan proprioseptif
(streetching/peregangan otot, active movement/gerakan sendi dan resisted/tahanan terhadap kontraksi otot sebagai input sensorik yang didesain untuk memfasilitasi kontraksi otot spesifik)Tehnik-tehnik dari PNF dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemberian tahanan maksimal
2. Traksi & aproksimasi sendi
3. Quick stretch
4. Cutaneous pressure (hold & grip)
5. Gerakan sinergis (untuk memperkuat gerakan
yang lemah)
6. Mempergunakan aba-aba yang sederhana
(verbal)
7. Pola gerak : spiral - diagonal
3. Movement Therapy/Brunnstorm
Konsepnya :
Reedukasi otot menggunakan latihan refleks.
Dasar teori :
Kerusakan susunan syaraf pusat/SSP telah
menyebabkan evolusi terbalik & regresi kembali
ke pola gerak filogenetik yang lebih tua (terjadi
sinergi dan refleks primitive). Sinergi & refleks
primitive ini dianggap sebagai bagian normal dari
proses penyembuhan sebelum terbentuk pola
baru.
Kombinasi eksteroseptif & proprioseptif
Tehnik :
1. Memberikan tahanan pada ekstremitas yang
normal, tapping (input sensoris) & tehnik
relaksasi
2. Diberikan sesuai dengan 6 stadium
penyembuhan Twitchell :Flasiditas, Spastisitas
dan onset sinergi, Peningkatan spastisitas &
beberapa control sinergi volunteer, Penurunan
spastisitas & peningkatan control sinergi
volunteer, Tidak adanya control fungsi motorik
dari sinergi, Gerakan sendi individual
3. Tahapan tehnik latihan : Merangsang gerak
sinergis (Associated Reaction Pathological Tonic
Neck & Labyrinthine reflex)
Mengontrol gerakan sinergi :
- Latihan terlepas dari pengaruh pola sinergis
(dengan gerakan kombinasi pola sinergis
antagonis)
- Merangsang fungsi tangan & jari tangan secara
volunteer, ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam latihan ini diantaranya
adalah :
Tahap 1-3 : merangsang control volunteer
sinergis & memakai gerakan ini untuk aktifitas
stabilisasi obyek /àyang bertujuan (ROM bahu,
abd volunteer, untuk ADL memegang,
menjinjing, dll)
Tahap 4-5 : mengontrol flexor & ekstensor sinergi
sehingga penderita dapat melakukan aktifitas
fungsional
Tahap 6 : ketrampilan tangan dengan melatih
fungsi tangan
4. Neurodevelopmental Technique/Bobath
Dasar teori :
Pola gerakan patologis tidak boleh digunakan
untuk latihan oleh karena penggunaan berulang
jalur eferen patologis dapat menyebabkan
ekspansi ke jalur normal. Menggunakan konsep
hirarki fungsi SSP manusia, dengan komponen
yang saling integral : input sensorik & system
feedback motorik. Konsep motor relearning
mungkin dapat berurutan seperti pada
perkembangan normal dan Berlawanan dengan
Brunnstorm & PNF.
Prinsip :
1. Kontrol pola spastisitas dengan menghambat
pola abnormal
2. Fasilitasi pola normal / refleks postural normal
(righting & equilibrium reaction)
Tujuan :
1. Stabilisasi tonus postural
2. Inhibisi pola abnormal / gerakan abnormal
3. Fasilitasi refleks otomatis & pola gerakan
normal yang lebih selektif & persiapan
ketrampilan fungsional
Tehnik :
1. Reflex Inhibiting Posture/pattern (RIP) :
meletakkan anggota gerak dalam posisi pola
antispastik
2. Key Point of Control (KPOC) : menghambat
spastisitas & pola gerak abnormal sekaligus
memberi fasilitasi pola gerak yang normal
a. Proximal KPOC (shoulder, hip dan trunk)
b. Distal KPOC (tangan & kaki) Tidak
menganjurkan pemakaian alat bantu jalan, oleh
karena latihan NDT menekankan penggunaan &
weight bearing pada sisi lumpuh
3. Push-pull technique : tehnik untuk
menimbulkan ekstensi terutama pada lengan di
mana fleksi lebih dominan
4. Placing & holding : mempertahankan posisi
dalam RIP position
5. Tapping : pada otot antagonis dari otot yang
spastik
5. Sensory Motor Approach
Fasilitasi/inhibisi pergerakan melalui stimulasi
proprioceptor, exteroceptor atau enteroceptor.
Teori :
Deficit motorik adalah hilangnya fungsi yang
terjadi dipandang dari sudut pandang
yangàselama perkembangan sensorimotorik
normal berhubungan dengan input sensorik
Stimulasi kulit untuk fasilitasi stabilisasi &
mobilisasi otot :
1. Stimulasi free nerve ending : Fasilitasi pada
kulit di atas otot stabilisator 30 menit sebelum
terapi untuk brushing yang tujuannya
memfasilitasi gamma motor neuron dengan
tujuan untuk stabilitas otot proksimal sendi
(biasanya menggunakan electrically powered
brush), Aplikasi dengan es (suhu 12-17derajat F)
3-5 menit memfasilitasi C fiber
2. Fasilitasi mobilizing muscle : Quick stroking /
icing pada tangan, kaki &/bibir
3. Stimulasi otot stabilisator : Electric brushing/
repetitive icing dengan tujuan stimulasi
stabilisator secondary muscle & inhibisi spastic
mobilizing muscle
Stroke
Dari:Jowir
Kumpulan Makalah Ft
Gambaran Umum :
Stroke adalah kematian sel otak yang mendadak atau tiba-tiba oleh karena gangguan sirkulasi darah ke otak. ketika asupan darah keotak lemah, oksigen dan nutrisi yang penting untuk otak tidak dapat disalurkan. Akibatnya tenjadi ketidak normalan fungsi otak. Gangguan aliran darah keotak dapat terjadi oleh karena blokade atau kerusakan dari pembuluh arteri.
Stroke dapat disebabkan oleh trombosis, emboli, perdarahan subarachnoid dan lain-lain yang menimbulkan hemiplegia.
Pemberian latihan pada pasien stroke akibat trombosis dan emboli jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai 23 hari setelah serangan dan bilamana terjadi perdarahan subarachnoid dimulai setelah 2 minggu. Pada stroke karena trombosis atau emboli pada penderita infark miokard tanpa komplikasi, program latihan dapat dimulai setelah minggu ke tiga, tetapi jika segera menjadi stabil dan tidak didapatkan aritmia, latihan yang gentle dapat dimulai pada hari kesepuluh. Pada stroke yang berat lebih aman menunggu sampai tercapai complete stroke kemudian baru dimulal program latihan, meskipun hanya gerakan pasif saja yang diberikan. Jika proses penyebabnya dicurigai berasal dari arteri karotis ditunggu 18 s/d 24 jam dan jika penyebabnya dari sistem vertebrobasiler
tunggu sampai 72 jam sebelum memastikan
tidak ada perburukan lagi.
Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :
1. Conservative/Tradisional :
Metode latihan ini terkesan umum dan latihan-latihannyapun didasarkan penekanan pada pencegahan & perawatan kontraktur dengan mempertahankan luas gerak sendi atau latihan Range Of Motion (ROM exercises).
Memperkenalkan mobilisasi dini kepasien dengan cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit. Tipe jenis latihannya adalah penguatan dengan
menggunakan tahanan.
2.Propioseptive Neuromuscular Fascilitation (Metode PNF) Metode latihan ini bertujuan untuk merangsang respon mekanisme neuromuskuler melalui stimulasi proprioseptor. Bertujuan memfasilitasi
pola gerakan sehingga mencapai "functional
relevant" dengan tujuan memfasilitasi irradiasi
impuls untuk tubuh bagian lain yang
berhubungan dengan gerakan utama.
Menggunakan rangsangan proprioseptif
(streetching/peregangan otot, active movement/gerakan sendi dan resisted/tahanan terhadap kontraksi otot sebagai input sensorik yang didesain untuk memfasilitasi kontraksi otot spesifik)Tehnik-tehnik dari PNF dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemberian tahanan maksimal
2. Traksi & aproksimasi sendi
3. Quick stretch
4. Cutaneous pressure (hold & grip)
5. Gerakan sinergis (untuk memperkuat gerakan
yang lemah)
6. Mempergunakan aba-aba yang sederhana
(verbal)
7. Pola gerak : spiral - diagonal
3. Movement Therapy/Brunnstorm
Konsepnya :
Reedukasi otot menggunakan latihan refleks.
Dasar teori :
Kerusakan susunan syaraf pusat/SSP telah
menyebabkan evolusi terbalik & regresi kembali
ke pola gerak filogenetik yang lebih tua (terjadi
sinergi dan refleks primitive). Sinergi & refleks
primitive ini dianggap sebagai bagian normal dari
proses penyembuhan sebelum terbentuk pola
baru.
Kombinasi eksteroseptif & proprioseptif
Tehnik :
1. Memberikan tahanan pada ekstremitas yang
normal, tapping (input sensoris) & tehnik
relaksasi
2. Diberikan sesuai dengan 6 stadium
penyembuhan Twitchell :Flasiditas, Spastisitas
dan onset sinergi, Peningkatan spastisitas &
beberapa control sinergi volunteer, Penurunan
spastisitas & peningkatan control sinergi
volunteer, Tidak adanya control fungsi motorik
dari sinergi, Gerakan sendi individual
3. Tahapan tehnik latihan : Merangsang gerak
sinergis (Associated Reaction Pathological Tonic
Neck & Labyrinthine reflex)
Mengontrol gerakan sinergi :
- Latihan terlepas dari pengaruh pola sinergis
(dengan gerakan kombinasi pola sinergis
antagonis)
- Merangsang fungsi tangan & jari tangan secara
volunteer, ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam latihan ini diantaranya
adalah :
Tahap 1-3 : merangsang control volunteer
sinergis & memakai gerakan ini untuk aktifitas
stabilisasi obyek /àyang bertujuan (ROM bahu,
abd volunteer, untuk ADL memegang,
menjinjing, dll)
Tahap 4-5 : mengontrol flexor & ekstensor sinergi
sehingga penderita dapat melakukan aktifitas
fungsional
Tahap 6 : ketrampilan tangan dengan melatih
fungsi tangan
4. Neurodevelopmental Technique/Bobath
Dasar teori :
Pola gerakan patologis tidak boleh digunakan
untuk latihan oleh karena penggunaan berulang
jalur eferen patologis dapat menyebabkan
ekspansi ke jalur normal. Menggunakan konsep
hirarki fungsi SSP manusia, dengan komponen
yang saling integral : input sensorik & system
feedback motorik. Konsep motor relearning
mungkin dapat berurutan seperti pada
perkembangan normal dan Berlawanan dengan
Brunnstorm & PNF.
Prinsip :
1. Kontrol pola spastisitas dengan menghambat
pola abnormal
2. Fasilitasi pola normal / refleks postural normal
(righting & equilibrium reaction)
Tujuan :
1. Stabilisasi tonus postural
2. Inhibisi pola abnormal / gerakan abnormal
3. Fasilitasi refleks otomatis & pola gerakan
normal yang lebih selektif & persiapan
ketrampilan fungsional
Tehnik :
1. Reflex Inhibiting Posture/pattern (RIP) :
meletakkan anggota gerak dalam posisi pola
antispastik
2. Key Point of Control (KPOC) : menghambat
spastisitas & pola gerak abnormal sekaligus
memberi fasilitasi pola gerak yang normal
a. Proximal KPOC (shoulder, hip dan trunk)
b. Distal KPOC (tangan & kaki) Tidak
menganjurkan pemakaian alat bantu jalan, oleh
karena latihan NDT menekankan penggunaan &
weight bearing pada sisi lumpuh
3. Push-pull technique : tehnik untuk
menimbulkan ekstensi terutama pada lengan di
mana fleksi lebih dominan
4. Placing & holding : mempertahankan posisi
dalam RIP position
5. Tapping : pada otot antagonis dari otot yang
spastik
5. Sensory Motor Approach
Fasilitasi/inhibisi pergerakan melalui stimulasi
proprioceptor, exteroceptor atau enteroceptor.
Teori :
Deficit motorik adalah hilangnya fungsi yang
terjadi dipandang dari sudut pandang
yangàselama perkembangan sensorimotorik
normal berhubungan dengan input sensorik
Stimulasi kulit untuk fasilitasi stabilisasi &
mobilisasi otot :
1. Stimulasi free nerve ending : Fasilitasi pada
kulit di atas otot stabilisator 30 menit sebelum
terapi untuk brushing yang tujuannya
memfasilitasi gamma motor neuron dengan
tujuan untuk stabilitas otot proksimal sendi
(biasanya menggunakan electrically powered
brush), Aplikasi dengan es (suhu 12-17derajat F)
3-5 menit memfasilitasi C fiber
2. Fasilitasi mobilizing muscle : Quick stroking /
icing pada tangan, kaki &/bibir
3. Stimulasi otot stabilisator : Electric brushing/
repetitive icing dengan tujuan stimulasi
stabilisator secondary muscle & inhibisi spastic
mobilizing muscle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar